Rabu, 05 Juni 2013

CATATAN 2013



Selasa, 1 Januari 2013
Happy New Year 2013!!! Awal tahun yang penuh dengan kejutan bahagia. Jutaan kembang api warna-warni yang diluncurkan, menambah semaraknya keindahan di langit malam. Indah yang ku rasakan adalah sebagian anugerah dari Tuhan yang ku tahu. Selebihnya, banyak keindahan yang masih tersimpan, belum terungkap, dan aku tak tahu.
Tahun 2013. Semoga memberikan harapan baru untuk negeriku, Indonesia. Indonesia mampu bangkit dari keterpurukan penjajahan modern yang tanpa sadar mengancam kebebasan kita. Semoga Indonesia menjadi negara yang berbudi. Menjunjung budaya ketimuran yang kian lama dilupakan dan ditinggalkan. Semoga Indonesia mencitrakan dirinya sendiri. Tidak tercemar budaya asing yang merusak moral bangsa.
Tahun 2013. Semoga aku menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Karir hidup sukses. Pendidikan Diploma III dapat terselesaikan di akhir tahun ini, dengan hasil yang memuaskan. Segala problematika kehidupan yang melandaku, dapat ku atasi dengan cara bijaksana dan dewasa. Amin ya Rabb!!

Kamis, 3 Januari 2013
Back to Movie! Nonton film yang berjudul “Dead Mine”. Sebuah karya yang didesain sedemikian rupa, sehingga tercipta film yang ekstra ekstrim. Perpaduan history dan chemistry membentuk jalinan misteri yang membuat penasaran. Film tersebut sangat minim dari pesan moral. Namun, sensasi ketegangan dan mirisnya alur cerita, sudah cukup mengubah pemikiranku.
Yang aku tahu, film tersebut mengambil background di sebuah pegunugan di Pulau Sulawesi. Sehingga unsur-unsur yang ditampilkan dalam film, masih terkesan Indonesia punya. Setelah itu, aku jalan-jalan sebentar. Menikmati sepotong rangkaian kemacetan yang setiap hari aku hadapi. Aku cukup puas dengan petualangan mini kali ini. Setidaknya mengurangi tensi kegalauan yang menderaku selama ini.


Selasa, 8 Januari 2013
Selamat untuk kemenangan Angry Bird! Yah, bahagia sekali rasanya bisa menjadi “The Best Performance” untuk mata kuliah Manajemen Produksi dan Operasi. Bukan dari apa yang diberikan, tapi rasa bahagia mendapat penghargaan itulah yang tak terkirakan. Alhamdulilah masih dipercaya teman-teman.
Mengenai mimpiku. Aku tak habis pikir, mengapa ada seorang teman yang menebak siapa aktor dalam mimpiku itu. Jawaban dia salah. Bukan karena dia salah, aku lantas jadi ngeri. Isi jawaban dia itu yang seakan siap membidikku dengan senapan besi. Bagaimana bisa dia menebak sesuatu yang di dalamnya masih ada unsur kebenaran. Kebenaran bukan pada apa yang ku mimpikan. Ku rasa begitu.

Kamis, 10 Januari 2013
Double date! Yah, itulah perwakilan kata yang tepat. Suasana hati yang unmood, kacau, galau, dan ketidaknyamanan, menyebabkan aku tak bisa menjalani salah satunya. Apalagi keduanya. Jujur, aku tak bisa! Bukan maksudku untuk menyakiti ajakan manis mereka, tapi memang aku sedang dalam keadaan yang tidak mendukung untuk jalan. Ku rasa itu adalah jawaban yang paling baik daripada harus memaksakan sesuatu yang mungkin berujung nestapa. Derita jualah yang akhirnya terkuak. Aku juga tak bisa memberikan janji manis mengenai kesediaanku kapan. Aku tak mau terlilit sebuah hutang. Apalagi hutang janji yang tak pernah ku tahu tolak ukur penebusannya.

Senin, 14 Januari 2013
“Ada Surga di balik Neraka”. Kata-kata tersebut sangat tepat untuk menggambarkan suasana yang kontras di suatu tempat yang ku ketahui bersama Nurul. Bermula dari keinginan kami untuk melaksanakan solat jamak Dzuhur dan Ashar. Dari itulah, kami sesegera mungkin mencari tempat peribadatan untuk sembahyang. Perhatian kami, tertuju pada sebuah bangunan tua di seberang jalan. Mungkin inilah waktu yang paling miris, tragis, dan sadis bila dipikirkan lebih mendalam. Pasalnya, sebuah background yang sarat akan mara bahaya yang mungkin saja mengintai kami. Aku juga tak habis pikir, bagaimana bisa kami sempat menuduh seorang bapak setengah baya yang menunjukkan letak Masjid yang kami kehendaki. Tapi, kami punya alasan jelas untuk siaga terlebih dulu sebelum terjadi sesuatu.
Yah, kami akui kalau kami salah. Menuduh orang yang menunjukkan kebaikan dengan pikiran kotor kami yang terlintas begitu saja. Semoga Tuhan melapangkan hati si bapak tersebut untuk memaafkan buruk sangka kami. Semoga Tuhan mengampuni buruk sangka kami yang mungkin tercatat sebagai penyakit hati. Amin.

Rabu, 16 Januari 2013
Perjalanan menuju ke kampus, harus ku lalui dengan keibaan. Pasalnya, rute busway Kampung Melayu-Kebon Pala tergenang banjir. Utamanya di sebelah kiri jalan. Miris dan sedih melihat penduduk setempat yang terlantar oleh banjir. Rumah-rumah di pedalaman sana, yang aku sendiri belum tahu, mungkin sudah tenggelam oleh banjir. Aku tak melihat sedetail itu, tapi aku tahu derita apa yang mereka rasakan. Gundah gulana di balik seulas senyum keterpaksaan.
Kemacetan jelas tak terhindarkan. Pengalihan arus lalu lintas juga dilakukan. Berbagai cara ditempuh untuk meminimalisir dampak banjir. Yah, apapun itu. Ini memang bukan pertama kalinya kota Jakarta didera bencana banjir. Bukan juga ulah Pemerintah setempat. Banjir adalah takdir. Bagaimanapun juga, perlu dirundingkan bersama, solusi terbaik yang efektif dan efisien untuk meluluhkan banjir. Banjir harus dihentikan!

Selasa, 22 Januari 2013
UAS terakhir harus ku lalui dengan sesuatu yang tak pernah ku duga sebelumnya. Awalnya ku kira baik-baik saja. Perjalanan busway dari arah Pasar Enjo-Kampung Melayu lancar-lancar saja. Ternyata... harapan untuk cepat sampai di kampus hanyalah tipuan semata. Masih saja macet melanda rute busway Kampung Melayu-Kebon Pala. Ini disebabkan sisa-sisa penderitaan banjir yang belum sepenuhnya terobati. Hanya dua dari tiga jalur yang bisa dilalui. Maka dari itu, kendaraan-kendaraan berebut untuk melintasi jalur tersebut. Termasuk busway, yang harus berbagi jalur.
Waktu 45 menitku harus sia-sia untuk menghadapi kemacetan itu. Kepanikan mulai menjalar di tubuhku. Bagaimana kalau aku sampai telat? Haruskah aku telat untuk yang kedua kali? Aku hanya bisa mengucap do’a pada Illahi. Sepuluh menit sebelum jadwal masuk, busway yang aku naiki telah berhasil menembus halte Kebon Pala. Aku bisa sedikit bernafas lega. Seperti ada 15% harapan untuk sampai di kampus. Yach, benar saja! Ketika teman-teman berebut masuk kelas, aku telah sampai. Betapa bahagianya hatiku! Akhirnya aku bisa mengikuti ujian.
Suatu cerita seru lain adalah saat terjadi transaksi dengan seorang teman. Meski diam-diam, tujuan kami adalah menghindarkan dari kecurigaan teman-teman. Demi kebaikan juga. Alhamdulilah terlaksana dengan baik dan lancar. Di sisi lain, peristiwa yang tak wajar. Aku yang mencoba kuat atau dia yang tahu isi hatiku? Entahlah, Tuhan punya seribu bahkan jutaan alasan yang masih misteri buatku. Semoga sebagian alasan itu, ku ketahui nantinya. Amin!

Minggu, 27 Januari 2013
Mimpi adalah bagian dari pencitraan alam maya yang dialami oleh manusia dalam keadaan tidak sadar. Semua orang pasti mengalaminya. Termasuk aku yang notabene jadi pemeran kisah dalam mimpiku sendiri. Tak ku sangka, mimpiku terkesan nyata. Isi mimpi seperti kehidupan nyataku saat ini. Bagaimana tidak? Semua tokoh-tokoh dalam mimpiku adalah teman-teman kampus.
Ceritanya nih, lagi ada lotre-lotrean. Dan aku yang menang. Entah kenapa, akhirnya aku jadi salah tingkah sendiri setelah kehadiran orang yang sempat membuatku dag dig dug. Yach, mata kami saling bersitegang. Seperti orang yang tak pernah kenal. Ya seperti itu kira-kira. Tapi temen-temennya, malah care sama aku. Padahal baru sekali bertemu. Sementara yang lain, sibuk dengan urusan masing-masing.
Aku menyadari itu Cuma bagian mimpi. Tapi yang tak pernah aku tahu jawabnya, kenapa dalam mimpi pun tersirat elegi yang sama. Apakah dunia mimpiku terlalu sempit untukku bermimpi? Aku tak ingin mimpiku terjadi dalam dunia nyataku. Tak akan mau! Biarlah mimpi lain saja yang menembus dalam dunia nyata. Asalkan mimpi yang satu ini tak sampai kepada kehidupan nyataku.

Rabu, 13 Februari 2013
Donor Darah ke-6. Merintis sebuah harapan untuk bisa berbagi setetes darah dengan sesama yang membutuhkan. Sebenarnya, aku memang sangat ingin menebar kebaikan terhadap sesama. Yah, hanya saja aku tak punya kelebihan materi. Apalah dikata, aku bukan saudagar kaya yang memegang jutaan dirham. Cara inilah yang bisa ku lakukan.
Detik-detik pengambilan darah. Aku tak sedikit pun menaruh rasa takut. Mungkin sedikit ngeri dengan jarum suntik yang akan ditancapkan pada lengan kiriku. Anehnya, dokter lucu itu malah menebarkan lelucon hebohnya. Katanya, urat nadiku lebih kecil daripada jarum suntiknya. Lucu sekali! Tapi beliau tak menunjukan ekspresi lucu. Proses donor berlangsung sekitar 5 menit. Selama itu, sekantong darahku seberat 250 cc, telah siap dibekukan ke dalam freezer.
Sebelum aku benar-benar beranjak dari kasur donor, seorang cowok berbaring di kasur sebelahku. Dia kelahiran 30-04-1984. Aku tak begitu peduli dengan kehadirannya. Lantas, aku bergegas ke kantin untuk memulihkan energi. Belum lama aku di kantin, cowok tersebut terlihat juga di kantin. Dia duduk di belakangku. Aku menikmati hidanganku.
Semua telah berlalu. Kini aku telah sampai di Mushola. Cowok tersebut rupanya juga demikian. Islam juga dia. Tujuanku ibadah. Tak akan ku sangkut pautkan dia dan aku. Karena tubuhku masih relatif lemah, ku putuskan untuk istirahat sejenak di Mushola itu. Lamunanku buyar saat suara sirine berdengung kencang. Ternyata ada kebakaran di depan kantor PMI. Tepatnya di belakang Kantor Kecamatan Senen. Sudah saatnya aku pulang!

Rabu, 6 Maret 2013
Mempersiapkan diri untuk segera menapakkan kakiku di RedLand. Aku tak sendiri. Bersama Nia dan Dian pastinya. Jauh-jauh hari ku rancang perjalanan ini, dan akhirnya terwujud juga. Sebagai pelepas rindu juga. Sekian lama tak bertemu setelah liburan Semester.
Sebelumnya, aku diharuskan mampir dulu ke Kantor Pos. Mengirim wesel untuk keluarga di kampung. Beruntung, aku tak mendapati antrian yang berarti. Jadi, aku tak ikut-ikutan bosan seperti beberapa orang yang duduk menunggu nomer antriannya dipanggil. Lima menit saja, aku sudah menyelesaikan tanggung jawabku.
Oh ya, aku bertemu dengan seseorang. Anak jurusan Sekretaris yang bernama Elsa. Mungkin dia juga berkepentingan serupa denganku. Aku tak mau ikut campur dengan urusannya. Kami hanya sebatas “say hai” saja. Mengingat, aku harus segera menemui Dian dan Nia di tempat yang telah disepakati.
Udara yang begitu panas, tak menyulutkan niat kami untuk mengarungi deretan­-deretan para pedagang yang tengah menjajakan barangnya. Itulah pengorbanan yang akan terbayar bila kami mendapatkan barang yang kami mau. Terlebih bila dikenakan harga yang lumayan murah. Asik...

Senin, 18 Maret 2013
Awal masuk kuliah Semester 6 adalah masa-masa yang sulit untuk digambarkan dalam lukisan ataupun dituliskan dalam kata-kata. Rasa yang tak biasa seiring lamanya masa liburan, seringkali membuat kebosanan menyeruak begitu saja. Apalagi kini bukan masaku lagi untuk menempati kelas A yang biasa ku singgahi. Aku dan beberapa teman yang lain, harus berpindah kelas.
Bukan masalah pindah kelasnya yang sempat ku risaukan. Tapi masalah perpindahan itu yang berujung banyak masalah baru yang terdefinisi. Sebenarnya kalaupun berpindah, aku tak begitu khawatir. Nilai-nilaiku masih stabil. Apalagi banyak yang mengatakan, penyebab utamanya karena NIM. Ya, itu pasti!
Dalam satu kelas, hanya ada sekitar 23 orang siswa. Itupun kurang dari setengah dari jumlah siswa normal pada umumnya yang berjumlah rata-rata 50 orang siswa. Inilah yang dinamakan kelas privat. Kelas C yang dulunya identik dengan kelas yang cacat, mungkin kini tak seperti itu lagi. Karena pemegang nilai tertinggi, bertempat di kelas C. Jadi, kelas C yang sekarang lebih eksotis.
Aku masih harus bersyukur ditempatkan di kelas C. Pasalnya orang-orang yang tak ku hendaki, masuk di kelas lain. Aku masih aman dari mereka-mereka itu. Aku yakin, Tuhan masih menyimpan banyak rencana indah. Masih akan ada hikmah yang luar biasa yang akan aku dapatkan. Aku yakin itu!
Aku melihatnya. Tak ada senyum dan sapa diantara kami. Tapi, mungkin hati kami saling tersenyum menahan rasa malu yang tak kunjung selesai. Setidaknya bisa melupakan untuk beberapa saat. Sempat berpikir lega atas semua yang telah terjadi. Tapi ternyata takdir berkata lain. Suatu ketika, tak sengaja aku hampir ditabraknya. Pelakunya adalah dia. Yah, itu dia! Hidung mancungnya mencirikan dia. Aku tak habis pikir, kenapa harus dia?
Tuhan memberi cerita yang berbeda. Dia tak berkata sepatah kata pun. Hanya seulas senyum penuh penyesalan dan bunyi klakson yang ia hadirkan. Aku tau, dia ingin cepat-cepat berlalu dariku. Aku juga paham, aku tak mau terlalu lama menatapnya. Setelah semua berlalu, kami berpisah begitu saja. Berharap itulah terakhir kalinya aku bertemu dengannya!

Rabu, 20 Maret 2013
Siang hari yang begitu panasnya, aku bersiap menuju Halte Central Senen. Menunggu tiga serangkai. Kami berencana untuk pergi ke daerah Kebon Jeruk. Dengan bermodal bus transjakarta, kami menuju ke TKP. Di tempat tersebut, kami hanya bercanda, bergurau, sesekali saling mengolok. Yah, itulah kekocakan kami.
Itu artinya, aku harus pulang sore lagi. Bayangkan saja, jam 5 masih standby di Halte Harmoni yang terkenal dengan penuh sesaknya pengguna busway. Tapi lumayan cepat ada busnya. Yang membuat lama adalah jarak yang jauh dari rumah. Masalah itu yang membuat aku harus berlama-lama di jalan. Jam 6 kurang beberapa menit, barulah aku bisa lega. Nyampe rumah dengan selamat! Alhamdulilah...

Kamis, 21 Maret 2013
Kuliah dimulai pukul 15.15 WIB. Bisa dibayangkan, betapa panasnya bumi kala itu! Apapun itu, segala rintangan pasti akan ku tempuh. Aku memang tak sendiri. Jadi, tetap semangat saja menghadapi ujian terik panas yang menyengat kulitku. Kalaupun mau mengadu, rasanya sudah terlampau sia-sia.
Dosennya masih muda. Cukup energik dalam mengajarnya. Aku yakin, dia cukup berpengalaman dalam mengalirkan materi-materi perkuliahan. Mahasiswa yang diajarnya, dituntut untuk menghafalkan “pengertian manajemen”. Ironis memang. Tapi, tak ada salahnya mendeteksi tingkat kecerdasan mahasiswanya. Selama hal tersebut tak terkesan mendiskriminasikan mahasiswanya.
Menurut pengamatanku, memang benar hal tersebut dilakukan. Semakin cerdas seseorang menghafalkan sesuatu, maka semakin lancar dan benar apa yang diucapkan. Lancar dalam pemaparan kata-kata, dan benar dalam segi konsep yang dibahas. Terlihat sekali, siapa yang bisa dan siapa yang kurang bisa!

Sabtu, 23 Maret 2013
Perkuliahan di akhir pekan yang perdana. Kepemimpinan. Dosennya adalah Bu Aty yang super cetar membahana samudera badai lautan tropis katulistiwa raya. Seru dan heboh saat diajarnya. Tak ada yang lesu. Semuanya bersatu dalam satu kompi kebersamaan. Tertawa bersama-sama.
Aku sangat mengerti teman-teman. Kebanyakan tak suka dengan cara beliau ngajar. Bagiku, aku suka cara mengajarnya. Lelucon, nasehat, dan saran-saran dari beliau adalah cambuk yang ampuh untuk menghidupkan kematian jiwaku. Kematian jiwa dalam keterpurukan harapan dan mimpi yang terpendam dalam-dalam. Aku merasa bisa hidup seribu tahun lagi. Beliau termasuk motivasiku juga. Aku sadar diri, bahwa umurku tidak muda lagi. Melalui beliau jugalah, aku bisa merasakan jiwa muda yang sebenarnya.
Perang batin memang selalu ada dalam diriku. Satu sisi ingin bertemu. Sisi lain tak ingin bertemu. Sulit memilih satu diantaranya. Karena semuanya adalah diriku sendiri. Bagaimana mungkin aku melawan diriku sendiri? Tidak bisa! Kalaupun dipaksakan untuk bertarung, siapa yang menang dan siapa yang kalah? Ibarat peribahasa, “setali tiga uang”. Sama saja. Tiada bedanya!

Senin, 25 Maret 2013
Perkuliahan Manajemen Pemasaran. Marketing management! Setidaknya begitu yang ku tau. Satu kelas merasa harap-harap cemas menantikan dosen yang akan mengajar. Tak ku sangka, dosennya terlalu slow motion. Kelembutannya melampaui batas ambang standar mutu. Ehm, seperti tak ada daya baterai. Bagi yang hobi mengantuk di siang hari, pasti bisa langsung tidur pulas. Karena slow motion-nya itu!

Rabu, 27 Maret 2013
Transportasi yang selalu buatku setia adalah bus transjakarta. Tiada yang lain. Seperti biasanya, aku berdesak-desakan di antrian para penumpang. Menunggu bus lewat. Tapi lama sekali. Aku harus terus bersabar. Di sebelahku, ada cowok cakep. Rupanya dia juga sama denganku. Sabar menanti bus transjakarta. Yang cakep aja masih kukuh bersabar. Jadi, aku tak mau kalah sabar darinya!
Untunglah, aku dapat tempat duduk. Nah, dia juga duduk di sebelahku. Berdiri berdekatan. Duduk pun juga demikian. Yang membuatku ingin tertawa adalah, cowok itu menahan diri untuk tidak batuk. Tapi tetap saja, ia harus terbatuk-batuk sampai beberapa kali. Kasihan! Siapa suruh batuk ditahan-tahan? Cinta saja kalau ditahan bisa sesak, apalagi batuk! Tambah sesak!

Sabtu, 30 Maret 2013
Status yang ku tulis semalam, mendapat sebuah komentar yang benar-benar frontal. Bagaimana tidak, si komentator dengan tanpa berdosa, langsung mention ke orang yang namanya ku sebut dalam statusku. Jujur, itu bukan untuk dia. Mungkin ejaan yang hampir sama. Toh, dalam berbahasa kata-kata yang hampir sama disebut hipernim atau hiponim. Aku lupa pelajaran itu!
Yang pasti, aku tak mau dikatakan sebagai pemuja seseorang yang tak begitu berarti bagiku. Hanya Tuhan saja yang akan senantiasa ku puja. Selain itu, sepertinya tak ada yang layak untuk ku puja. Tuhan yang paling sempurna dari sekian luasnya alam semesta. Karena Dia-lah sang pencipta!
Meski namanya kena mention, dia tak mau komentar apa-apa. Aku tenang. Tapi aku juga heran, berarti dia tak terlalu sensitif dengan apa yang dilontarkan sahabatnya sendiri. Sang komentator itu. Aku juga semakin sadar, bahwasanya dia bukan siapa-siapa yang patut aku dekati. Bila saja dia mencoba mendekatiku dengan alih-alih menginginkan bantuan ide dan pemikiran dariku, aku akan menolaknya. Aku takkan sudi membantunya lagi!

Rabu, 3 April 2013
Menanti waktu semakin sore dengan berdiam diri di halte Central Senen. Kebetulan aku tak bertemu dengan teman-teman seperjuanganku. Yah, aku terpaksa sendirian. Duduk sendiri dan penuh harap untuk dinanti. Meski kenyataannya aku seperti seoran putri yang tengah menanti.
Suatu ketika, beberapa petugas transjakarta sibuk mengatur diri membentuk formasi barisan. Majulah salah satu dari mereka sebagai pemimpin pasukan. Aku mengamati setiap detail gerak-gerik mereka. Yah, tak ubahnya aku dulu waktu masih duduk di SMA. Sembarangan saja dalam bersikap. Pokoknya, serba ingin tampil wow di mataku. Itu karena sangat dekat dengan tempatku duduk.
Sesekali, salah satu dari mereka melirikku. Itu wajar. Karena mereka cowok dan aku cewek. Sah-sah saja. Yang membuat tidak sah adalah mengabaikan mandat atau aturan-aturan lisan dari pimpinannya. Jangan-jangan mereka hanya berkata ‘siap’ tapi tak mengerti apa yang dikatakan pimpinannya itu.
Sebelum pulang, ku sempatkan diri untuk menikmati deretan jalur-jalur busway yang jarang sekali aku lalui. Sebagai obat jenuhku saja. Dan memang itulah cara yang ampuh untuk membawaku lebih semangat dalam menjalani hidup. Satu demi satu, aku amati dengan perlahan. Setelah semuanya baik-baik saja, ku putuskan untuk kembali ke arah pulang. Aku harus pulang. Senja telah menantikanku di rumah!

Kamis, 4 April 2013
Kuliah sore yang penuh perjuangan! Sebenarnya tak terlalu parah dan berkepanjangan masalahnya. Berangkat dianterin sampai haltenya. Lumayan menghemat tenaga kaki. Aku duduk terus selama perjalanan. Jadi, tak merasakan kelelahan yang berarti. Meski dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk menunggu kedatangan bus transjakarta.
Aku beda! Sebelumnya dengan rok panjangku yang membuat heboh, kini aku datang lagi dengan penampilan baru yang tak kalah seru. Diamond wow, menurutku! Cibiran atau sindiran mereka adalah sesuatu yang tak cukup membuatku down. Justru aku semakin nyaman saja dengan apa yan ku lakukan dan ku tampilkan.
Gerimis mencoba menghadangku saat aku pulang kuliah. Tapi nyaliku tak serta-merta diruntuhkan oleh butiran air hujan tersebut. Aku maju dan terus menerjangnya sampai aku bisa. Alhamdulilah, aku mampu melewatinya dengan sedikit basah. Ini lebih baik daripada aku menunggu sampai gerimis itu reda. Tentu aku akan semakin mengering di halte. Apalagi pasti malam akan semakin gelap dan suram. Aku tak mau.

Sabtu, 7 April 2013
Rencananya adalah berkumpul bareng genk Zee. Jam 10 tepat, sudah harus kumpul di lantai 2 Menara Salemba. Itu hanya berakhir rencana saja. Bukannya telat atau sesuatu hal yang menyebabkan aku tak bisa merealisasikan rencana. Hanya saja, aku harus membantu Nurul untuk mengerjakan ujian Her-nya. Membantu orang lain itu lebih wajib menurutku.
Dua jam lebih. Ku habiskan waktuku di warnet. Dari yang semula panas, sampai datanglah dingin itu. Hujan menampakkan kehadirannya. Namun tetap kami terjang. Walau basah adalah efek jangka pendek yang harus kami terima. Demi mengikuti perkuliahan Kepemimpinan. Aku tak mau telat.
Bu Dosen mengatakan, aku sedang mengalami perubahan. Entah dalam hal apa? Mungkin saja, aku memang sedang dalam rangka berbuat buruk. Tapi, aku tak yakin begitu! Mudah-mudahan yang dimaksud beliau adalah perubahan ke arah yang lebih baik. Aku harap begitu.
Pengalaman adalah guru yang terbaik! Hanya saja, terkadang aku terlalu berlebihan dalam mencoba sesuatu yang baru. Tak bereaksi buruk. Aku justru mendapatkan sesuatu yang belum aku dapatkan sebelumnya. Aku tau suasananya. Aku tau cerita dari obrolan orang-orang sekitar. Yang semuanya memposisikan ilmu baru yang harus aku pelajari.
Aku tau, di luar sana masih terpercik air hujan. Sepertinya bertambah lebat saja. Ingin aku sudahi saja penantianku di halte. Antara takut dan berani. Ku putuskan untuk melawan guyuran hujan yang membasahiku. Nikmatnya bermain hujan. Hujan adalah sesuatu yang harus dijadikan sahabat. Bersahabat dengan hujan bukanlah pilihan. Tetapi alternatif untuk menahan diri dari derita hujan.

Jum’at, 19 April 2013
Bimbingan Perdana yang akan diselenggarakan pukul 18.30 WIB. Dimana Pak Suparman sebagai Dosen Pembimbing dan Bu Chusminah sebagai Assisten Pembimbing Tugas Akhir. Maka dari itu, sebelum tiba saat dimulainya bimbininggan, aku harus sudah siap sedia sebelumnya. Mengingat, solat Maghrib juga tak boleh aku lewatkan.
Pukul 17.15, aku berangkat dari rumah. Kira-kira pukul 17.30, aku sudah sampai di halte Kampung Melayu. Dari sinilah ceritaku dimulai. Yah, aku bertemu seseorang yang aku sendiri tak tau namanya. Belum terpikirkan olehku untuk perlu mengetahui namanya. Bagiku, ku anggap sebagai bekal untuk tersenyum sebelum menghadapi bimbingan perdanaku.
Bimbingan berjalan lancar, sesuai yang ku harapkan. Tapi, aku harus menerima kenyataan bahwasanya sudah larut malam. Hanya bus transjakarta yang bias ku andalkan. Aku tau udara malam ini terasa dingin. Sampai-sampai tubuhku menggigil tak karuan. Ku sadari orang-orang di sekitarku tengah memperhatikanku. Sesungguhnya, aku benar-benar kedinginan!

Senin, 6 Mei 2013
Ujian Tengah Semester (UTS) Perdana dengan mata perkuliahan Manajemen Pemasaran. Aku sudah siap! Itu karena semalam aku sudah belajar. Aku siap bertempur menghadapi butiran soal-soal penentu nilai IPK-ku. Staminaku juga masih fit dan segar. Tiada keraguan bagiku. Demi Alloh.
Sesuatu yang benar-benar tak ku duga. Aku bertemu lagi dengan dia yang tak ku tau namanya. Ternyata dia bernama Leo Cantago… Secara lengkap, aku tak tau. Dialah yang berhasil membuatku penasaran selama 17 hari terakhir. Alhamdulilah, Tuhan masih mempertemukanku dengannya secara kebetulan. Tiada tegur dan sapa lagi. Aku memang tak ingin berkomunikasi dengannya. Ini di luar kendaliku.
UTS berakhir damai. Tuhan telah membimbingku sehingga aku mampu melewati semuanya dengan lancar. Tuhan mendampingiku dengan jutaan cinta kasih dan saying-Nya yang tak terkira. Semoga berujung dengan nilai yang maksimal. Semoga tak berakhir sia-sia. Amin ya Rabb!

Selasa, 7 Mei 2013
Aku sedang menantikan bus transjakarta. Menunggu adalah hal yang biasa. Tiba-tiba… dia datang lagi. Leo? Itu dia! Aku masih hafal kok! Dia terlihat tak ceria lagi. Seperti orang yang tengah bermasalah. Terlihat jelas dari sorotan matanya yang meredup tak bercahaya. Mungkin lelah dengan beban yang dirasakannya.
Menuju Kantor PMI dengan suasana damai. Di sana, para staff menyambutku dengan senyuman manis. Dokterpun demikian. Dengan lelucon hangatnya, berusaha mengakrabkan diri denganku. Aku terhibur sekali. Senangnya lagi, saat Dokter mengatakan bahwa tensi darahku stabil 120/80 cmHg. Alhamdulilah…
Setelah solat Dzuhur, aku segera bergegas ke kampus. Tiada hal lain selain untuk mengikuti UTS praktek Desktop Publishing. Beruntung aku tak telat. Aku masih bias mengejar waktu, meski aku ke kampus hanya dengan modal jalan kaki. Aku tak boleh terlalu memanjakan diri. Itu pasti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar