Selasa, 1
Januari 2013
Happy New Year 2013!!! Awal tahun
yang penuh dengan kejutan bahagia. Jutaan kembang api warna-warni yang
diluncurkan, menambah semaraknya keindahan di langit malam. Indah yang ku
rasakan adalah sebagian anugerah dari Tuhan yang ku tahu. Selebihnya, banyak
keindahan yang masih tersimpan, belum terungkap, dan aku tak tahu.
Tahun 2013. Semoga memberikan
harapan baru untuk negeriku, Indonesia. Indonesia mampu bangkit dari
keterpurukan penjajahan modern yang tanpa sadar mengancam kebebasan kita.
Semoga Indonesia menjadi negara yang berbudi. Menjunjung budaya ketimuran yang
kian lama dilupakan dan ditinggalkan. Semoga Indonesia mencitrakan dirinya
sendiri. Tidak tercemar budaya asing yang merusak moral bangsa.
Tahun 2013. Semoga aku menjadi pribadi
yang lebih baik dari sebelumnya. Karir hidup sukses. Pendidikan Diploma III dapat
terselesaikan di akhir tahun ini, dengan hasil yang memuaskan. Segala
problematika kehidupan yang melandaku, dapat ku atasi dengan cara bijaksana dan
dewasa. Amin ya Rabb!!
Kamis,
3 Januari 2013
Back to Movie! Nonton film yang
berjudul “Dead Mine”. Sebuah karya yang didesain sedemikian rupa, sehingga
tercipta film yang ekstra ekstrim. Perpaduan history dan chemistry membentuk
jalinan misteri yang membuat penasaran. Film tersebut sangat minim dari pesan
moral. Namun, sensasi ketegangan dan mirisnya alur cerita, sudah cukup mengubah
pemikiranku.
Yang aku tahu, film tersebut
mengambil background di sebuah pegunugan di Pulau Sulawesi. Sehingga
unsur-unsur yang ditampilkan dalam film, masih terkesan Indonesia punya.
Setelah itu, aku jalan-jalan sebentar. Menikmati sepotong rangkaian kemacetan
yang setiap hari aku hadapi. Aku cukup puas dengan petualangan mini kali ini.
Setidaknya mengurangi tensi kegalauan yang menderaku selama ini.
Selasa,
8 Januari 2013
Selamat untuk kemenangan Angry
Bird! Yah, bahagia sekali rasanya bisa menjadi “The Best Performance” untuk
mata kuliah Manajemen Produksi dan Operasi. Bukan dari apa yang diberikan, tapi
rasa bahagia mendapat penghargaan itulah yang tak terkirakan. Alhamdulilah
masih dipercaya teman-teman.
Mengenai mimpiku. Aku tak habis
pikir, mengapa ada seorang teman yang menebak siapa aktor dalam mimpiku itu.
Jawaban dia salah. Bukan karena dia salah, aku lantas jadi ngeri. Isi jawaban
dia itu yang seakan siap membidikku dengan senapan besi. Bagaimana bisa dia
menebak sesuatu yang di dalamnya masih ada unsur kebenaran. Kebenaran bukan
pada apa yang ku mimpikan. Ku rasa begitu.
Kamis,
10 Januari 2013
Double date! Yah, itulah perwakilan
kata yang tepat. Suasana hati yang unmood, kacau, galau, dan ketidaknyamanan,
menyebabkan aku tak bisa menjalani salah satunya. Apalagi keduanya. Jujur, aku
tak bisa! Bukan maksudku untuk menyakiti ajakan manis mereka, tapi memang aku
sedang dalam keadaan yang tidak mendukung untuk jalan. Ku rasa itu adalah
jawaban yang paling baik daripada harus memaksakan sesuatu yang mungkin
berujung nestapa. Derita jualah yang akhirnya terkuak. Aku juga tak bisa
memberikan janji manis mengenai kesediaanku kapan. Aku tak mau terlilit sebuah
hutang. Apalagi hutang janji yang tak pernah ku tahu tolak ukur penebusannya.
Senin,
14 Januari 2013
“Ada Surga di balik Neraka”.
Kata-kata tersebut sangat tepat untuk menggambarkan suasana yang kontras di
suatu tempat yang ku ketahui bersama Nurul. Bermula dari keinginan kami untuk
melaksanakan solat jamak Dzuhur dan Ashar. Dari itulah, kami sesegera mungkin
mencari tempat peribadatan untuk sembahyang. Perhatian kami, tertuju pada
sebuah bangunan tua di seberang jalan. Mungkin inilah waktu yang paling miris,
tragis, dan sadis bila dipikirkan lebih mendalam. Pasalnya, sebuah background
yang sarat akan mara bahaya yang mungkin saja mengintai kami. Aku juga tak
habis pikir, bagaimana bisa kami sempat menuduh seorang bapak setengah baya
yang menunjukkan letak Masjid yang kami kehendaki. Tapi, kami punya alasan
jelas untuk siaga terlebih dulu sebelum terjadi sesuatu.
Yah, kami akui kalau kami salah.
Menuduh orang yang menunjukkan kebaikan dengan pikiran kotor kami yang
terlintas begitu saja. Semoga Tuhan melapangkan hati si bapak tersebut untuk
memaafkan buruk sangka kami. Semoga Tuhan mengampuni buruk sangka kami yang
mungkin tercatat sebagai penyakit hati. Amin.
Rabu,
16 Januari 2013
Perjalanan menuju ke kampus, harus
ku lalui dengan keibaan. Pasalnya, rute busway Kampung Melayu-Kebon Pala
tergenang banjir. Utamanya di sebelah kiri jalan. Miris dan sedih melihat
penduduk setempat yang terlantar oleh banjir. Rumah-rumah di pedalaman sana,
yang aku sendiri belum tahu, mungkin sudah tenggelam oleh banjir. Aku tak
melihat sedetail itu, tapi aku tahu derita apa yang mereka rasakan. Gundah
gulana di balik seulas senyum keterpaksaan.
Kemacetan jelas tak terhindarkan.
Pengalihan arus lalu lintas juga dilakukan. Berbagai cara ditempuh untuk meminimalisir
dampak banjir. Yah, apapun itu. Ini memang bukan pertama kalinya kota Jakarta
didera bencana banjir. Bukan juga ulah Pemerintah setempat. Banjir adalah
takdir. Bagaimanapun juga, perlu dirundingkan bersama, solusi terbaik yang
efektif dan efisien untuk meluluhkan banjir. Banjir harus dihentikan!
Selasa,
22 Januari 2013
UAS terakhir harus ku lalui dengan
sesuatu yang tak pernah ku duga sebelumnya. Awalnya ku kira baik-baik saja.
Perjalanan busway dari arah Pasar Enjo-Kampung Melayu lancar-lancar saja.
Ternyata... harapan untuk cepat sampai di kampus hanyalah tipuan semata. Masih
saja macet melanda rute busway Kampung Melayu-Kebon Pala. Ini disebabkan
sisa-sisa penderitaan banjir yang belum sepenuhnya terobati. Hanya dua dari
tiga jalur yang bisa dilalui. Maka dari itu, kendaraan-kendaraan berebut untuk
melintasi jalur tersebut. Termasuk busway, yang harus berbagi jalur.
Waktu 45 menitku harus sia-sia
untuk menghadapi kemacetan itu. Kepanikan mulai menjalar di tubuhku. Bagaimana
kalau aku sampai telat? Haruskah aku telat untuk yang kedua kali? Aku hanya
bisa mengucap do’a pada Illahi. Sepuluh menit sebelum jadwal masuk, busway yang
aku naiki telah berhasil menembus halte Kebon Pala. Aku bisa sedikit bernafas
lega. Seperti ada 15% harapan untuk sampai di kampus. Yach, benar saja! Ketika
teman-teman berebut masuk kelas, aku telah sampai. Betapa bahagianya hatiku!
Akhirnya aku bisa mengikuti ujian.
Suatu cerita seru lain adalah saat
terjadi transaksi dengan seorang teman. Meski diam-diam, tujuan kami adalah
menghindarkan dari kecurigaan teman-teman. Demi kebaikan juga. Alhamdulilah
terlaksana dengan baik dan lancar. Di sisi lain, peristiwa yang tak wajar. Aku
yang mencoba kuat atau dia yang tahu isi hatiku? Entahlah, Tuhan punya seribu
bahkan jutaan alasan yang masih misteri buatku. Semoga sebagian alasan itu, ku
ketahui nantinya. Amin!
Minggu,
27 Januari 2013
Mimpi adalah bagian dari pencitraan
alam maya yang dialami oleh manusia dalam keadaan tidak sadar. Semua orang
pasti mengalaminya. Termasuk aku yang notabene jadi pemeran kisah dalam mimpiku
sendiri. Tak ku sangka, mimpiku terkesan nyata. Isi mimpi seperti kehidupan
nyataku saat ini. Bagaimana tidak? Semua tokoh-tokoh dalam mimpiku adalah
teman-teman kampus.
Ceritanya nih, lagi ada
lotre-lotrean. Dan aku yang menang. Entah kenapa, akhirnya aku jadi salah
tingkah sendiri setelah kehadiran orang yang sempat membuatku dag dig dug.
Yach, mata kami saling bersitegang. Seperti orang yang tak pernah kenal. Ya
seperti itu kira-kira. Tapi temen-temennya, malah care sama aku. Padahal baru
sekali bertemu. Sementara yang lain, sibuk dengan urusan masing-masing.
Aku menyadari itu Cuma bagian
mimpi. Tapi yang tak pernah aku tahu jawabnya, kenapa dalam mimpi pun tersirat
elegi yang sama. Apakah dunia mimpiku terlalu sempit untukku bermimpi? Aku tak
ingin mimpiku terjadi dalam dunia nyataku. Tak akan mau! Biarlah mimpi lain
saja yang menembus dalam dunia nyata. Asalkan mimpi yang satu ini tak sampai
kepada kehidupan nyataku.
Rabu,
13 Februari 2013
Donor Darah ke-6. Merintis sebuah
harapan untuk bisa berbagi setetes darah dengan sesama yang membutuhkan.
Sebenarnya, aku memang sangat ingin menebar kebaikan terhadap sesama. Yah,
hanya saja aku tak punya kelebihan materi. Apalah dikata, aku bukan saudagar
kaya yang memegang jutaan dirham. Cara inilah yang bisa ku lakukan.
Detik-detik pengambilan darah. Aku
tak sedikit pun menaruh rasa takut. Mungkin sedikit ngeri dengan jarum suntik
yang akan ditancapkan pada lengan kiriku. Anehnya, dokter lucu itu malah
menebarkan lelucon hebohnya. Katanya, urat nadiku lebih kecil daripada jarum
suntiknya. Lucu sekali! Tapi beliau tak menunjukan ekspresi lucu. Proses donor
berlangsung sekitar 5 menit. Selama itu, sekantong darahku seberat 250 cc,
telah siap dibekukan ke dalam freezer.
Sebelum aku benar-benar beranjak
dari kasur donor, seorang cowok berbaring di kasur sebelahku. Dia kelahiran
30-04-1984. Aku tak begitu peduli dengan kehadirannya. Lantas, aku bergegas ke
kantin untuk memulihkan energi. Belum lama aku di kantin, cowok tersebut terlihat
juga di kantin. Dia duduk di belakangku. Aku menikmati hidanganku.
Semua telah berlalu. Kini aku telah
sampai di Mushola. Cowok tersebut rupanya juga demikian. Islam juga dia.
Tujuanku ibadah. Tak akan ku sangkut pautkan dia dan aku. Karena tubuhku masih
relatif lemah, ku putuskan untuk istirahat sejenak di Mushola itu. Lamunanku
buyar saat suara sirine berdengung kencang. Ternyata ada kebakaran di depan
kantor PMI. Tepatnya di belakang Kantor Kecamatan Senen. Sudah saatnya aku
pulang!
Rabu,
6 Maret 2013
Mempersiapkan diri untuk segera
menapakkan kakiku di RedLand. Aku tak sendiri. Bersama Nia dan Dian pastinya.
Jauh-jauh hari ku rancang perjalanan ini, dan akhirnya terwujud juga. Sebagai
pelepas rindu juga. Sekian lama tak bertemu setelah liburan Semester.
Sebelumnya, aku diharuskan mampir
dulu ke Kantor Pos. Mengirim wesel untuk keluarga di kampung. Beruntung, aku
tak mendapati antrian yang berarti. Jadi, aku tak ikut-ikutan bosan seperti
beberapa orang yang duduk menunggu nomer antriannya dipanggil. Lima menit saja,
aku sudah menyelesaikan tanggung jawabku.
Oh ya, aku bertemu dengan
seseorang. Anak jurusan Sekretaris yang bernama Elsa. Mungkin dia juga
berkepentingan serupa denganku. Aku tak mau ikut campur dengan urusannya. Kami
hanya sebatas “say hai” saja. Mengingat, aku harus segera menemui Dian dan Nia
di tempat yang telah disepakati.
Udara yang begitu panas, tak
menyulutkan niat kami untuk mengarungi deretan-deretan para pedagang yang
tengah menjajakan barangnya. Itulah pengorbanan yang akan terbayar bila kami
mendapatkan barang yang kami mau. Terlebih bila dikenakan harga yang lumayan
murah. Asik...
Senin,
18 Maret 2013
Awal masuk kuliah Semester 6 adalah
masa-masa yang sulit untuk digambarkan dalam lukisan ataupun dituliskan dalam
kata-kata. Rasa yang tak biasa seiring lamanya masa liburan, seringkali membuat
kebosanan menyeruak begitu saja. Apalagi kini bukan masaku lagi untuk menempati
kelas A yang biasa ku singgahi. Aku dan beberapa teman yang lain, harus
berpindah kelas.
Bukan masalah pindah kelasnya yang
sempat ku risaukan. Tapi masalah perpindahan itu yang berujung banyak masalah
baru yang terdefinisi. Sebenarnya kalaupun berpindah, aku tak begitu khawatir.
Nilai-nilaiku masih stabil. Apalagi banyak yang mengatakan, penyebab utamanya karena
NIM. Ya, itu pasti!
Dalam satu kelas, hanya ada sekitar
23 orang siswa. Itupun kurang dari setengah dari jumlah siswa normal pada
umumnya yang berjumlah rata-rata 50 orang siswa. Inilah yang dinamakan kelas
privat. Kelas C yang dulunya identik dengan kelas yang cacat, mungkin kini tak
seperti itu lagi. Karena pemegang nilai tertinggi, bertempat di kelas C. Jadi,
kelas C yang sekarang lebih eksotis.
Aku masih harus bersyukur
ditempatkan di kelas C. Pasalnya orang-orang yang tak ku hendaki, masuk di kelas
lain. Aku masih aman dari mereka-mereka itu. Aku yakin, Tuhan masih menyimpan
banyak rencana indah. Masih akan ada hikmah yang luar biasa yang akan aku
dapatkan. Aku yakin itu!
Aku melihatnya. Tak ada senyum dan
sapa diantara kami. Tapi, mungkin hati kami saling tersenyum menahan rasa malu
yang tak kunjung selesai. Setidaknya bisa melupakan untuk beberapa saat. Sempat
berpikir lega atas semua yang telah terjadi. Tapi ternyata takdir berkata lain.
Suatu ketika, tak sengaja aku hampir ditabraknya. Pelakunya adalah dia. Yah,
itu dia! Hidung mancungnya mencirikan dia. Aku tak habis pikir, kenapa harus
dia?
Tuhan memberi cerita yang berbeda.
Dia tak berkata sepatah kata pun. Hanya seulas senyum penuh penyesalan dan
bunyi klakson yang ia hadirkan. Aku tau, dia ingin cepat-cepat berlalu dariku.
Aku juga paham, aku tak mau terlalu lama menatapnya. Setelah semua berlalu,
kami berpisah begitu saja. Berharap itulah terakhir kalinya aku bertemu
dengannya!
Rabu,
20 Maret 2013
Siang hari yang begitu panasnya,
aku bersiap menuju Halte Central Senen. Menunggu tiga serangkai. Kami berencana
untuk pergi ke daerah Kebon Jeruk. Dengan bermodal bus transjakarta, kami
menuju ke TKP. Di tempat tersebut, kami hanya bercanda, bergurau, sesekali
saling mengolok. Yah, itulah kekocakan kami.
Itu artinya, aku harus pulang sore
lagi. Bayangkan saja, jam 5 masih standby di Halte Harmoni yang terkenal dengan
penuh sesaknya pengguna busway. Tapi lumayan cepat ada busnya. Yang membuat
lama adalah jarak yang jauh dari rumah. Masalah itu yang membuat aku harus
berlama-lama di jalan. Jam 6 kurang beberapa menit, barulah aku bisa lega.
Nyampe rumah dengan selamat! Alhamdulilah...
Kamis,
21 Maret 2013
Kuliah dimulai pukul 15.15 WIB.
Bisa dibayangkan, betapa panasnya bumi kala itu! Apapun itu, segala rintangan
pasti akan ku tempuh. Aku memang tak sendiri. Jadi, tetap semangat saja
menghadapi ujian terik panas yang menyengat kulitku. Kalaupun mau mengadu,
rasanya sudah terlampau sia-sia.
Dosennya masih muda. Cukup energik
dalam mengajarnya. Aku yakin, dia cukup berpengalaman dalam mengalirkan
materi-materi perkuliahan. Mahasiswa yang diajarnya, dituntut untuk
menghafalkan “pengertian manajemen”. Ironis memang. Tapi, tak ada salahnya
mendeteksi tingkat kecerdasan mahasiswanya. Selama hal tersebut tak terkesan
mendiskriminasikan mahasiswanya.
Menurut pengamatanku, memang benar
hal tersebut dilakukan. Semakin cerdas seseorang menghafalkan sesuatu, maka
semakin lancar dan benar apa yang diucapkan. Lancar dalam pemaparan kata-kata,
dan benar dalam segi konsep yang dibahas. Terlihat sekali, siapa yang bisa dan
siapa yang kurang bisa!
Sabtu,
23 Maret 2013
Perkuliahan di akhir pekan yang
perdana. Kepemimpinan. Dosennya adalah Bu Aty yang super cetar membahana
samudera badai lautan tropis katulistiwa raya. Seru dan heboh saat diajarnya.
Tak ada yang lesu. Semuanya bersatu dalam satu kompi kebersamaan. Tertawa
bersama-sama.
Aku sangat mengerti teman-teman.
Kebanyakan tak suka dengan cara beliau ngajar. Bagiku, aku suka cara
mengajarnya. Lelucon, nasehat, dan saran-saran dari beliau adalah cambuk yang
ampuh untuk menghidupkan kematian jiwaku. Kematian jiwa dalam keterpurukan
harapan dan mimpi yang terpendam dalam-dalam. Aku merasa bisa hidup seribu
tahun lagi. Beliau termasuk motivasiku juga. Aku sadar diri, bahwa umurku tidak
muda lagi. Melalui beliau jugalah, aku bisa merasakan jiwa muda yang
sebenarnya.
Perang batin memang selalu ada
dalam diriku. Satu sisi ingin bertemu. Sisi lain tak ingin bertemu. Sulit
memilih satu diantaranya. Karena semuanya adalah diriku sendiri. Bagaimana
mungkin aku melawan diriku sendiri? Tidak bisa! Kalaupun dipaksakan untuk
bertarung, siapa yang menang dan siapa yang kalah? Ibarat peribahasa, “setali
tiga uang”. Sama saja. Tiada bedanya!
Senin,
25 Maret 2013
Perkuliahan Manajemen Pemasaran.
Marketing management! Setidaknya begitu yang ku tau. Satu kelas merasa
harap-harap cemas menantikan dosen yang akan mengajar. Tak ku sangka, dosennya
terlalu slow motion. Kelembutannya melampaui batas ambang standar mutu. Ehm,
seperti tak ada daya baterai. Bagi yang hobi mengantuk di siang hari, pasti
bisa langsung tidur pulas. Karena slow motion-nya itu!
Rabu,
27 Maret 2013
Transportasi yang selalu buatku
setia adalah bus transjakarta. Tiada yang lain. Seperti biasanya, aku
berdesak-desakan di antrian para penumpang. Menunggu bus lewat. Tapi lama
sekali. Aku harus terus bersabar. Di sebelahku, ada cowok cakep. Rupanya dia
juga sama denganku. Sabar menanti bus transjakarta. Yang cakep aja masih kukuh
bersabar. Jadi, aku tak mau kalah sabar darinya!
Untunglah, aku dapat tempat duduk.
Nah, dia juga duduk di sebelahku. Berdiri berdekatan. Duduk pun juga demikian.
Yang membuatku ingin tertawa adalah, cowok itu menahan diri untuk tidak batuk.
Tapi tetap saja, ia harus terbatuk-batuk sampai beberapa kali. Kasihan! Siapa
suruh batuk ditahan-tahan? Cinta saja kalau ditahan bisa sesak, apalagi batuk!
Tambah sesak!
Sabtu,
30 Maret 2013
Status yang ku tulis semalam,
mendapat sebuah komentar yang benar-benar frontal. Bagaimana tidak, si
komentator dengan tanpa berdosa, langsung mention ke orang yang namanya ku
sebut dalam statusku. Jujur, itu bukan untuk dia. Mungkin ejaan yang hampir
sama. Toh, dalam berbahasa kata-kata yang hampir sama disebut hipernim atau
hiponim. Aku lupa pelajaran itu!
Yang pasti, aku tak mau dikatakan
sebagai pemuja seseorang yang tak begitu berarti bagiku. Hanya Tuhan saja yang
akan senantiasa ku puja. Selain itu, sepertinya tak ada yang layak untuk ku
puja. Tuhan yang paling sempurna dari sekian luasnya alam semesta. Karena
Dia-lah sang pencipta!
Meski namanya kena mention, dia tak
mau komentar apa-apa. Aku tenang. Tapi aku juga heran, berarti dia tak terlalu
sensitif dengan apa yang dilontarkan sahabatnya sendiri. Sang komentator itu.
Aku juga semakin sadar, bahwasanya dia bukan siapa-siapa yang patut aku dekati.
Bila saja dia mencoba mendekatiku dengan alih-alih menginginkan bantuan ide dan
pemikiran dariku, aku akan menolaknya. Aku takkan sudi membantunya lagi!
Rabu,
3 April 2013
Menanti waktu semakin sore dengan
berdiam diri di halte Central Senen. Kebetulan aku tak bertemu dengan
teman-teman seperjuanganku. Yah, aku terpaksa sendirian. Duduk sendiri dan
penuh harap untuk dinanti. Meski kenyataannya aku seperti seoran putri yang
tengah menanti.
Suatu ketika, beberapa petugas
transjakarta sibuk mengatur diri membentuk formasi barisan. Majulah salah satu
dari mereka sebagai pemimpin pasukan. Aku mengamati setiap detail gerak-gerik
mereka. Yah, tak ubahnya aku dulu waktu masih duduk di SMA. Sembarangan saja
dalam bersikap. Pokoknya, serba ingin tampil wow di mataku. Itu karena sangat
dekat dengan tempatku duduk.
Sesekali, salah satu dari mereka
melirikku. Itu wajar. Karena mereka cowok dan aku cewek. Sah-sah saja. Yang
membuat tidak sah adalah mengabaikan mandat atau aturan-aturan lisan dari
pimpinannya. Jangan-jangan mereka hanya berkata ‘siap’ tapi tak mengerti apa
yang dikatakan pimpinannya itu.
Sebelum pulang, ku sempatkan diri
untuk menikmati deretan jalur-jalur busway yang jarang sekali aku lalui.
Sebagai obat jenuhku saja. Dan memang itulah cara yang ampuh untuk membawaku
lebih semangat dalam menjalani hidup. Satu demi satu, aku amati dengan
perlahan. Setelah semuanya baik-baik saja, ku putuskan untuk kembali ke arah
pulang. Aku harus pulang. Senja telah menantikanku di rumah!
Kamis,
4 April 2013
Kuliah sore yang penuh perjuangan!
Sebenarnya tak terlalu parah dan berkepanjangan masalahnya. Berangkat dianterin
sampai haltenya. Lumayan menghemat tenaga kaki. Aku duduk terus selama
perjalanan. Jadi, tak merasakan kelelahan yang berarti. Meski dibutuhkan waktu
yang tidak sedikit untuk menunggu kedatangan bus transjakarta.
Aku beda! Sebelumnya dengan rok
panjangku yang membuat heboh, kini aku datang lagi dengan penampilan baru yang
tak kalah seru. Diamond wow, menurutku! Cibiran atau sindiran mereka adalah
sesuatu yang tak cukup membuatku down. Justru aku semakin nyaman saja dengan
apa yan ku lakukan dan ku tampilkan.
Gerimis mencoba menghadangku saat
aku pulang kuliah. Tapi nyaliku tak serta-merta diruntuhkan oleh butiran air
hujan tersebut. Aku maju dan terus menerjangnya sampai aku bisa. Alhamdulilah,
aku mampu melewatinya dengan sedikit basah. Ini lebih baik daripada aku
menunggu sampai gerimis itu reda. Tentu aku akan semakin mengering di halte.
Apalagi pasti malam akan semakin gelap dan suram. Aku tak mau.
Sabtu,
7 April 2013
Rencananya adalah berkumpul bareng
genk Zee. Jam 10 tepat, sudah harus kumpul di lantai 2 Menara Salemba. Itu
hanya berakhir rencana saja. Bukannya telat atau sesuatu hal yang menyebabkan
aku tak bisa merealisasikan rencana. Hanya saja, aku harus membantu Nurul untuk
mengerjakan ujian Her-nya. Membantu orang lain itu lebih wajib menurutku.
Dua jam lebih. Ku habiskan waktuku
di warnet. Dari yang semula panas, sampai datanglah dingin itu. Hujan
menampakkan kehadirannya. Namun tetap kami terjang. Walau basah adalah efek
jangka pendek yang harus kami terima. Demi mengikuti perkuliahan Kepemimpinan.
Aku tak mau telat.
Bu Dosen mengatakan, aku sedang
mengalami perubahan. Entah dalam hal apa? Mungkin saja, aku memang sedang dalam
rangka berbuat buruk. Tapi, aku tak yakin begitu! Mudah-mudahan yang dimaksud
beliau adalah perubahan ke arah yang lebih baik. Aku harap begitu.
Pengalaman adalah guru yang
terbaik! Hanya saja, terkadang aku terlalu berlebihan dalam mencoba sesuatu
yang baru. Tak bereaksi buruk. Aku justru mendapatkan sesuatu yang belum aku
dapatkan sebelumnya. Aku tau suasananya. Aku tau cerita dari obrolan
orang-orang sekitar. Yang semuanya memposisikan ilmu baru yang harus aku
pelajari.
Aku tau, di luar sana masih
terpercik air hujan. Sepertinya bertambah lebat saja. Ingin aku sudahi saja
penantianku di halte. Antara takut dan berani. Ku putuskan untuk melawan
guyuran hujan yang membasahiku. Nikmatnya bermain hujan. Hujan adalah sesuatu
yang harus dijadikan sahabat. Bersahabat dengan hujan bukanlah pilihan. Tetapi
alternatif untuk menahan diri dari derita hujan.
Jum’at, 19 April 2013
Bimbingan
Perdana yang akan diselenggarakan pukul 18.30 WIB. Dimana Pak Suparman sebagai
Dosen Pembimbing dan Bu Chusminah sebagai Assisten Pembimbing Tugas Akhir. Maka
dari itu, sebelum tiba saat dimulainya bimbininggan, aku harus sudah siap sedia
sebelumnya. Mengingat, solat Maghrib juga tak boleh aku lewatkan.
Pukul 17.15, aku
berangkat dari rumah. Kira-kira pukul 17.30, aku sudah sampai di halte Kampung
Melayu. Dari sinilah ceritaku dimulai. Yah, aku bertemu seseorang yang aku
sendiri tak tau namanya. Belum terpikirkan olehku untuk perlu mengetahui
namanya. Bagiku, ku anggap sebagai bekal untuk tersenyum sebelum menghadapi
bimbingan perdanaku.
Bimbingan
berjalan lancar, sesuai yang ku harapkan. Tapi, aku harus menerima kenyataan
bahwasanya sudah larut malam. Hanya bus transjakarta yang bias ku andalkan. Aku
tau udara malam ini terasa dingin. Sampai-sampai tubuhku menggigil tak karuan.
Ku sadari orang-orang di sekitarku tengah memperhatikanku. Sesungguhnya, aku
benar-benar kedinginan!
Senin, 6 Mei 2013
Ujian Tengah
Semester (UTS) Perdana dengan mata perkuliahan Manajemen Pemasaran. Aku sudah
siap! Itu karena semalam aku sudah belajar. Aku siap bertempur menghadapi
butiran soal-soal penentu nilai IPK-ku. Staminaku juga masih fit dan segar.
Tiada keraguan bagiku. Demi Alloh.
Sesuatu yang
benar-benar tak ku duga. Aku bertemu lagi dengan dia yang tak ku tau namanya.
Ternyata dia bernama Leo Cantago… Secara lengkap, aku tak tau. Dialah yang
berhasil membuatku penasaran selama 17 hari terakhir. Alhamdulilah, Tuhan masih
mempertemukanku dengannya secara kebetulan. Tiada tegur dan sapa lagi. Aku
memang tak ingin berkomunikasi dengannya. Ini di luar kendaliku.
UTS berakhir
damai. Tuhan telah membimbingku sehingga aku mampu melewati semuanya dengan
lancar. Tuhan mendampingiku dengan jutaan cinta kasih dan saying-Nya yang tak
terkira. Semoga berujung dengan nilai yang maksimal. Semoga tak berakhir
sia-sia. Amin ya Rabb!
Selasa, 7 Mei 2013
Aku sedang
menantikan bus transjakarta. Menunggu adalah hal yang biasa. Tiba-tiba… dia
datang lagi. Leo? Itu dia! Aku masih hafal kok! Dia terlihat tak ceria lagi.
Seperti orang yang tengah bermasalah. Terlihat jelas dari sorotan matanya yang
meredup tak bercahaya. Mungkin lelah dengan beban yang dirasakannya.
Menuju Kantor
PMI dengan suasana damai. Di sana, para staff menyambutku dengan senyuman
manis. Dokterpun demikian. Dengan lelucon hangatnya, berusaha mengakrabkan diri
denganku. Aku terhibur sekali. Senangnya lagi, saat Dokter mengatakan bahwa
tensi darahku stabil 120/80 cmHg. Alhamdulilah…
Setelah solat
Dzuhur, aku segera bergegas ke kampus. Tiada hal lain selain untuk mengikuti
UTS praktek Desktop Publishing. Beruntung aku tak telat. Aku masih bias
mengejar waktu, meski aku ke kampus hanya dengan modal jalan kaki. Aku tak
boleh terlalu memanjakan diri. Itu pasti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar